Kamu suka martabak? Sudah nyobain martabak mana aja? Mungkin yang sudah pernah dicoba adalah martabak Bandung atau martabak Bangka, sebab keduanya memang sudah populer namanya terutama di kota – kota besar. Bagaimana dengan martabak Aceh? Pernah dengar?
Martabak Aceh ini kalau dilihat sekilas bentuknya mirip dengan telur dadar. Tapi ada yang membedakannya dari telur dadar biasa yaitu terdapat kulit martabak di dalamnya. Nah inilah keunikan dari martabak dari Aceh, kalau biasanya telur yang diselimuti kulit, ia justru sebaliknya. Kulit martabak yang diselimuti telur.

Di Aceh kita dapat dengan mudah menemui penjual Martabak Aceh. Ya Iyalah..

Biasanya penjual penganan ini mulai beroperasi di sore hari hingga tengah malam atau bisa lebih cepat tergantung dari ketersediaan telur ayam yang penjual tersebut miliki.
Saya menjumpai Ibu Siti Hajar dan anaknya yang bernama Arul, mereka adalah salah satu penjual Martabak Aceh dan Canai yang menggelar lapak dagangannya dekat dengan Pasar Batuphat, Lhokseumawe atau tepatnya di depan Warung Kopi Cita Rasa.
Mereka berasal dari Sigli, sebuah kota pesisir yang berjarak sekitar 165 kilometer dari Kota Lhokseumawe. Di Ex Kota Petrodolar ini mereka menggantungkan nasibnya dengan menjual Martabak Aceh.
Keberuntungan sepertinya berpihak pada mereka sebab martabak serta canai buatannya laris oleh pembeli. Setiap harinya mereka membutuhkan 4 papan telur ayam. Dalam satu papan terdapat 30 butir telur ayam. Jadi berapakah total telur ayam yang mereka habiskan semalam? Ayo, mari dihitung. Hehe..
Menurut Ibu Siti Hajar, bahan untuk membuat martabak Aceh sangat sederhana yaitu telur ayam negeri, ditambah dengan isiannya berupa potongan sayur kol, daun seledri dan daun bawang. Oh ya tak ketinggalan kulit martabak yang terbuat dari tepung terigu. Kulit martabak ini sama seperti canai, tapi dibentuk segi empat.

Cara membuatnya pun terlihat mudah. Diawali dengan menggoreng kulit martabaknya terlebih dahulu di atas pinggan datar, menggunakan mentega. Kemudian kulit martabak tersebut dilumuri dengan kocokan telur yang telah dicampur dengan potongan sayur kol, daun seledri dan daun bawang.

Selanjutnya setelah telurnya matang, kemudian telur dilipat segi empat menutupi kulit martabak. Selesai.
Baca juga : Kedai Samudera Pasee, Pelopor Martabak Durian di Aceh
Sebagai pelengkap rasa, biasanya martabak ini disajikan dengan acar bawang yang diberi tambahan cuka serta cabe rawit.
Seporsi martabak di kedai milik Ibu Siti Hajar dijual dengan harga Rp 6 ribu saja. Cukup murah bukan? Bahkan di tempat lain, kita bisa mendapatkannya dengan harga Rp 5 ribu.

Kalau di Jakarta, di kafe – kafe yang menjual menu khas Aceh biasanya martabak ini dijual dengan harga mulai dari Rp 15 ribuan. Tapi biasanya sudah termasuk dengan kuah kari sebagai tambahannya.
Okelah, segitu aja ulasan mengenai kuliner kali ini. Nantikan ulasan makanan khas Aceh lainnya di tulisan selanjutnya.
[…] Baca juga : Martabak Khas Aceh, Cemilan Murah dan Enak di Malam Hari […]