Setelah menyaksikan Pulau Batu Garuda dari dekat. Pak Fuji kemudian kembali menyalakan mesin kapalnya. Ia hendak membawa kami ke destinasi selanjutnya yaitu Pulau Batu Berlayar.
Dari pengalaman saya sebelumnya, biasanya wisatawan mengunjungi pulau ini saat sore hari. Namun kali ini meski masih tengah hari, Pak Fuji justru sudah membawa kami kesini.
Bermain ke Pulau Batu Berlayar
Memang jika ingin mengunjungi pulau ini dibutuhkan keberuntungan, sebab ia hanya bisa dikunjungi pada saat muka air laut sedang surut. Nah, di hari kunjungan kami kali ini, kondisi muka air laut surut terjadinya di siang hari.
Baca juga : Batuan Granit Purba Unik di Pulau Batu Garuda
Pulau Batu Berlayar berdiri di tengah lautan biru. Sebenarnya ia hanyalah sebuah gosong (pasir putih yang timbul di atas permukaan laut) yang di atasnya terdapat berbagai bongkahan batu – batu granit purba yang telah ada sejak ratusan juta tahun yang lalu.

Batu – batu granit di pulau ini berukuran besar, lebar dan tinggi yang apabila dilihat dari jauh menyerupai layar pada sebuah kapal. Itulah mengapa pulau ini diberi nama Batu Berlayar.
Setibanya di Batu Berlayar, Pak Fuji segera melempar jangkar ke pasir pantai agar kapalnya tak terbawa arus saat diparkir.
Ternyata sudah ada kapal lain yang tiba disini. Wisatawan dari kapal itu hanya dua orang saja, mereka adalah Pipit dan Pedro. Keduanya sama – sama bekerja di salah satu group hotel ternama di Jakarta.
Sehari sebelumnya, kami telah menjumpai mereka di Danau Kaolin dan Dapur Sakato. Namun kami belum saling berkenalan.
“wah mas-nya kesini juga ternyata?”Kata Pedro
“sudah berapa lama kalian disini?”tanya saya
“baru 10 menitan lah, mas. Tahu gitu kita barengan aja ya, bisa lebih murah jadinya”
“ya ga papa, kita ini kan lagi berbagi rezeki sama orang kapal”
Obrolan kami ini disambut tawa oleh Pak Fuji dan bapak yang membawa Pedro dan Pipit. Tawa yang agak getir atau tawa tanda syukur sebab sudah memasuki 2 minggu ini mereka sedang mengalami paceklik akibat isu virus Corona yang membuat banyak orang membatalkan perjalanannya ke Belitung.

Kami langsung melepas Fawwaz bermain air. Air lautnya sedang nampak bening sampai saya dapat melihat dasar laut yang tidak terlalu dalam.
Fawwaz langsung akrab dengan Pedro dan Pipit. Di saat mereka sedang asyik bermain air dan tentu saja dengan pantauan istri saya. Saya menyibukan diri dengan mengelilingi pulau kecil ini.

Tidak perlu banyak waktu untuk mengelilingi pulau ini secara keseluruhan. Paling hanya 5 menit saja. Jika beruntung kita bisa menemukan bintang laut merah berukuran besar. Hewan ini juga mudah ditemui di sekitar Pulau Pasir yang lokasinya berdekatan dengan Batu Berlayar.

Cara Menuju Pulau Batu Berlayar
Pertama kali anda harus menuju Pantai Tanjung Kelayang, tempat dimana kapal – kapal wisata banyak tersedia menawarkan jasanya kepada wisatawan. Pantai ini berjarak sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Tanjung Pandan.
Harga sewa kapal di Pantai Tanjung Kelayang mulai dari Rp 400 – 800 ribu, tergantung dari ukuran kapal yang anda sewa.
Pulau Batu Berlayar dapat dicapai hanya 15 menit dari Pantai Tanjung Kelayang.
Aktivitas Menarik Disini
Aktivitas menarik yang bisa anda lakukan di Pulau Batu Berlayar diantaranya ialah berfoto atau berswafoto dengan latar bebatuan granit dengan ukuran yang amat besar menyerupai layar sebuah kapal. Biasanya orang kapal yang membawa anda akan dengan senang hati mengambil foto untuk anda.
Selain itu anda bisa juga bermain air disini. Jika anda datang di saat yang tepat, anda akan melihat air laut yang bening di sekeliling pulau ini. Dari Pulau Batu Berlayar anda juga bisa menyaksikan Pulau Lengkuas dari kejauhan.