(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login
(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login

Perjalanan Takengon Lhokseumawe Bersama Bus Sempati Star

sempati star takengon lhokseumawe

Setelah seharian keliling ke berbagai obyek wisata yang ada di Takengon. Sore harinya saya Kembali ke Terminal Paya Ilang. Terminal ini kembali bergeliat setelah beristirahat di siang hari. Ya terminal di Kota Takengon ini hanya aktif pada pagi hari saat bus dari Medan tiba dan sore sampai malam saat bus Kembali menuju Medan.

Setelah penumpang turun dan paket – paket telah didistribusikan, pegawai PO (Perusahaan Otobus) menutup loketnya. Mereka beralih ke profesi lainnya. Ada yang ke ladang, ke kebun kopi atau membuka toko.

Sore menjelang, orang – orang loket ini kembali ke terminal. Mereka membuka loket untuk melayani pelanggannya. Ada yang membeli tiket ke Medan, ada juga yang datang ke loket untuk mengirimkan paketnya.

Sore itu Takengon terasa sangat dingin. Hujan yang turun dari tengah hari tak kunjung berhenti. Kota yang dingin ini bertambah dingin saja.

Tap saya diterima dengan hangat di loket Harapan Indah, bus yang semalam sebelumnya mengantar saya dari Medan ke Takengon.

Baca juga : Medan Takengon Bersama Bus Mewah Harapan Indah

Loket Harapan Indah di Takengon dikelola oleh Bang Hamdi. Ia mengajak saya untuk beristirahat di loketnya.

Sambil ngobrol, saya bertanya ke Bang Hamdi apakah tiket kembali ke Lhokseumawe masih tersedia?

“Sudah penuh, bang” jawab Bang Hamdi

“Malam ini aja masih banyak yang mau berangkat tapi gak kebagian tiket” lanjutnya lagi

Sepengamatan saya, memang bus Harapan Indah ini yang paling diminati di rute Medan – Takengon PP. Mungkin alasannya karena sasis bus yang digunakan kelas premium yaitu Mercedes Benz OC500 RF 2542. Selain itu bodi yang menyelimutinya adalah Avante 8 buatan karoseri Tentrem. Jadinya mewah banget.

bus medan takengon

Bang Hamdi mengajak saya ke loket Putra Pelangi. Di loket ini saya berjumpa dengan Pak Isa, sopir Putra Pelangi yang malam itu bertugas membawa busnya ke Medan. Beliau sangat ramah dan mengajak saya untuk naik ke busnya.

Sayang bus Putra Pelangi ini tidak melewati Krueng Geukueh.

“kami tak lewat Krueng Geukeuh, tapi lewat Bukit Rata yang nantinya tembus ke Politeknik Lhokseumawe, dengan cara seperti itu bisa menghemat 1 jam perjalanan” Kata Pak Isa

Sebenarnya bisa saja saya ikut bersama Pak Isa, tapi nantinya saya harus menyambung perjalanan. Saya khawatir tidak mendapatkan kendaraan yang ke arah Batuphat, sebab sudah dipastikan saat tiba di Politeknik Lhokseumawe pas tengah malam.

Harapan Indah penuh, Putra Pelangi tidak lewat jalan yang saya inginkan. Tersisa dua pilihan bus lagi yaitu Sempati Star dan Atlas.

Bang Hamdi mengajak saya loket Sempati Star.

“Wah jadi ngerepotin nih, bang” kata saya

“Gak papa, disini kita semua saudara kok”

Di loket Sempati Star saya bertemu dengan Bang Agus.

“Sempati lewat Krukuh kan?” tanya Bang Hamdi

“Iya lewat” jawab Bang Agus

“Nah, cocok nih buat kamu, selanjutnya sama Bang Agus ya” Bang Hamdi pun kembali ke loketnya.

“Masih ada kursi, bang?” tanya saya

“Masih, masih banyak, kita baru 6 orang aja ini”

“Oke, saya pesan satu ya, tapi saya sampai Lhokseumawe aja”

“Siap, kalau sampai Lhokseumawe tiketnya Rp 70.000 aja”

Akhirnya malam itu saya bisa pulang kembali ke Lhokseumawe dengan Sempati Star.

Jadwal keberangkatan jam 20:15, sementara itu waktu baru menunjukkan jam 19:00. Saya masih ada waktu satu jam yang langsung saya manfaatkan untuk makan malam di warung Pak Jamal. Kemudian membuat video review Bus Sempati Star yang akan saya naiki.

Sasis yang digunakan bus Sempati Star tergolong premium yaitu Scania K410 IB, sedangkan bodi yang menyelimuti sasisya adalah Jetbus HD 2 buatan karoseri Adiputro.

sempati star takengon medan

Pada kaca depannya yang double glass terdapat tameng jeruji besi yang kerap kali ditemui pada bus Sumateraan.

Saya pun naik ke dalamnya. Pada ruang kemudi, tidak saya temukan permen kojek alias persneling. Karena bus ini telah menggunakan opticruise transmission atau transmisi semi otomotasi dari Scania, menggunakan electro-hydraulic sebagai pengendali kopling untuk kehalusan dan kepresisian perpindahan gigi.

opticruise sempati star

Untuk ke bagian penumpangnya saya harus menaiki anak tangga yang cukup tinggi. Terdapat sekat yang memisahkan ruang kemudi dengan ruang penumpang.

Total kursi pada bus ini 32 + 2 kursi tambahan. Tiap kursinya tersedia leg rest, reclining seat, selimut dan bantal. Selain itu tersedia juga AVOD (Audio Video on Demand), tapi sepertinya sudah tidak aktif untuk digunakan.

interior bus sempati star

Pada bagian belakang terdapat toilet yang bisa digunakan untuk buang air kecil dan hanya digunakan pada saat bus berjalan.

Tepat jam 20:15, bus Sempati Star memulai perjalanannya dari Terminal Paya Ilang.

Awal perjalanan agak tersendat, entah apa penyebabnya. Tak lama setelah bus berangkat, saya mengalami kondisi tidak enak badan. Badan saya terasa panas dan pusing. Akhirnya saya putuskan untuk tidur, hilang sudah niat untuk merekam perjalanan dari Takengon sampai ke Lhokseumawe.

Saya terbangun kembali pada saat bus Sempati Star keluar dari Simpang KKA dan memasuki wilayah Krueng Geukuh.

Saya pun bersiap untuk turun dan saya izin duduk di ruang kemudi. Disini saya dan crew Sempati Star sempat bercerita. Ternyata tadi bus sempat rem mendadak di tengah perjalanan karena ada babi hutan yang menyeberang jalan.

Cerita lainnya adalah keluh kesah mengenai sepinya penumpang efek dari pandemi covid-19. Adanya pandemi ini membuat Kota Takengon memberlakukan persyaratan bagi orang dari luar Aceh yang masuk ke Takengon harus membawa serta surat keterangan bebas Covid, hal ini membuat wisatawan yang hendak ke Takengon mengurungkan niatnya, imbasnya tentu saja pada jumlah penumpang.

Jam 23:30 saya sampai di tujuan yaitu di Simpang Line Pipa. Saya pun turun disini dan bus kembali melanjutkan perjalanan menuju Medan.

Leave a Reply