(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login
(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login

Wisata Cirebon – Menggali Cerita di Keraton Kacirebonan

objek wisata Keraton Kacirebonan

Awal Oktober 2017, kami menyambangi Keraton Kacirebonan. Tujuan waktu itu ialah untuk penyerahan hadiah lomba blog bertemakan wisata dan budaya di Cirebon yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Cirebon, Rebon dan salah satu provider telekomunikasi. Ketika itu kami berjumpa langsung dengan Sultan Kacirebonan yang juga menyerahkan hadiah kepada pemenang.

Waktu itu kami belum sempat untuk mengeksplore keraton lebih dalam lagi sebab usai acara kami langsung kembali ke penginapan

Kembali Mengunjungi Keraton Kacirebonan

Awal April 2019, kami mendapatkan kesempatan kembali mengunjungi Cirebon dan menyempatkan diri untuk menyambangi Keraton Kacirebonan yang berada di Jalan Pusaren, Kelurahan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Lokasi keraton berada di tepi jalan persis, jadi gampang banget nemuinnya.

Kami berhenti di depan gapura pertama Keraton Kacirebonan dimana di sebelah kanan dari gapura terdapat papan penanda Benda Cagar Budaya yang menyebut tahun 1808 sebagai tahun berdirinya Keraton Kacirebonan.

Awalnya kami memarkirkan kendaraan di depan gapura pertama itu, sebab kami khawatir adanya larangan kendaraan bermotor melewati gapura tersebut. Kan biasanya di tempat – tempat seperti keraton ada aja larangan – larangan tak tertulis yang harus dihormati.

Namun ternyata motor boleh melewati gapura itu, dan kami pun memarkirkan motor di samping bangunan yang disebut Paseban Wetan. Di Paseban Wetan ini ada seorang pria yang bertugas sebagai penarik tiket masuk.

Untuk masuk ke dalam area Keraton Kacirebonan, kami dikenakan biaya Rp 10.000 ribu per orangnya.

Setelah membayar tiket, kami pun menuju area utama keraton melalui Pintu Kliningan yang berada di sebelah kanan keraton (dekat dengan Paseban Kulon). Pintu Kliningan ini sebagai pintu masuk bagi pengunjung biasa. Jumlahnya ada dua yang berada di sisi kiri dan kanan keraton, memiliki makna bagian dari 2 kalimat syahadat.

Pintu kliningan yang berfungsi sebagai tempat masuk bagi tamu biasa yang hendak ke keraton

Sedangkan pintu yang berada di tengah keraton disebut Pintu Selamat Tangkep, merupakan pintu utama sebelum memasuki gedung utama keraton. Pintu ini hanya dibuka saat upacara khusus atau ketika ada tamu khusus yang berkunjung ke Keraton Kacirebonan.

Pintu Selamat Tangkep yang hanya dibuka pada saat tertentu

Setelah melewati Pintu Kliningan hawa terasa begitu sejuk meski siang itu matahari sedang terik – teriknya di Cirebon, sebab di halaman keraton ini tumbuh rindang pepohonan yang mungkin usianya sudah puluhan bahkan ratusan tahun. Disini kami berjumpa dengan seorang ibu dengan penampilan parlente yang ternyata adalah caleg DPR RI dari partai XXX (ga usah disebutin lah ya).

Halaman Keraton Kacirebonan yang rindang dengan pepohonan

“mas-nya juga mau foto – foto ya?” sapa ibu itu

Bangunan Keraton

Bangunan utama Keraton Kacirebonan memiliki warna dengan unsur hijau yang mendominasi, terdapat 8 tiang sebagai pilar utama menopang bangunan yang terlihat sangat terawat ini.

Bangunan utama Keraton Kacirebonan

Bagian serambi keraton atau disebut dengan Ruang Jinem Prabayaksa merupakan tempat dimana sultan bertemu dengan tamu sekaligus tempat diadakannya acara ritual keraton.

Ruang Jinem Prabyaksa

Saya tertarik melihat – lihat pigura – pigura yang menggantung pada dinding keraton. Ada foto – foto Sultan Kacirebonan, foto keluarga sultan dan pigura yang berisikan tulisan yang amat sulit untuk dibaca, semacam tulisan dalam bahasa Belanda, ada tulisan VOC-nya. Mungkin isinya tentang perjanjian atau apa, saya tak tahu.

Foto Sultan Kacirebonan dari masa ke masa

 

Pigura dengan tulisan dalam bahasa Belanda

Masuk ke Dalam Keraton

Lagi asik mengamati pigura pada dinding keraton, tiba – tiba saja mas – mas yang tadi menarik tiket di Paseban Wetan, datang menghampiri saya.

“Mas-nya sudah masuk ke dalam?” tanyanya

“emangnya boleh?” saya bertanya balik

“boleh, nanti saya bukakan pintunya”

Setelah pintu dibuka, saya dan Fawwaz pun masuk ke dalam ruang keraton. Saya melihat berbagai benda – benda koleksi kuno yang sarat dengan sejarah. Ada pedang, keris, tombak, buku, beberapa guci pemberian negeri tetangga. Ketika memasuki salah satu ruangan dimana terdapat koleksi alat musik gamelan serta suatu benda yang berbentuk seperti kendang ayam. Nah, entah mengapa saat memasuki ruangan ini, Fawwaz tiba – tiba saja langsung menangis sambil membuang muka.

Ruangan dalam Keraton Kacirebonan

Saya pun membawanya keluar dari ruangan itu, ia pun terdiam. Karena saya belum mengambil foto di ruangan tersebut saya kembali lagi kesana dan lagi – lagi Fawwaz menangis. Saya tak tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Andai saja Fawwaz baik – baik saja, maka saya bisa masuk ke ruangan yang berada lebih dalam lagi dimana menyimpan berbagai benda yang berkaitan dengan keraton serta agama Islam. Seperti kitab dari zaman para wali yang tentunya sangat menarik untuk disaksikan secara langsung.

Bangunan Lainnya di Keraton Kacirebonan

Selain Gedong Ijo sebagai bangunan utama keraton, di sini juga terdapat bangunan lainnya yang memiliki fungsi masing – masing.

Kita mulai dari depan dimana terdapat Paseban Wetan dan Paseban Kulon. Paseban Wetan berfungsi sebagai tempat tunggu pejabat keraton yang akan menghadap sultan. Saat ini Paseban Wetan digunakan sebagai tempat sekretariat Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Pinayung Mulya, kalau mau beli tiket masuk ke keraton ya di Paseban Wetan ini.

Sedangkan Paseban Kulon merupakan tempat abdi dalem/mager sari yang akan menghadap sultan. Saat ini difungsikan sebagai Pawon Bogana semacam mini kafe yang menjual menu andalan Nasi Bogana dan minuman segar seperti es asam jawa, wedang hangat dan lainnya.

Paseban Kulon yang kini digunakan sebagai Pawon Bogana

Di tiap keraton yang ada di Cirebon, selalu berdiri masjid yang saling berdampingan. Nah, kalau di Keraton Kacirebonan ada Tirta Sumirat atau langgar keramat yang digunakan sebagai tempat shalat untuk umum. Tirta Sumirat ini didirikan tahun 1797.

Tirta Sumirat yang digunakan sebagai tempat shalat untuk umum, dibangun sejak tahun 1797

Di sebelah Gedong Ijo juga ada bangunan lainnya yang saat ini menjadi museum dimana menyimpan alat musik gamelan milik keraton.

Museum di Keraton Kacirebonan

Tradisi

Kehidupan keraton itu identik dengan tradisi budaya. Di Keraton Kacirebonan terdapat tradisi tahun seperti Suraan, Syafaran, Muludan, Rajaban, Rowahan, Tarawehan, Likuran, Tadarusan di bulan Ramadhan, Grebeg Syawal saat idhul fitri dan Raya Agungan ketika idhul Adha.

Saya sendiri baru merasakan tradisi Suraan dimana pihak keraton membuat bubur syura yang dibagikan kepada masyarakat sekitar.

Sejarah

Meski Keraton Kacirebon tidak semegah dan sebesar Keraton Kasepuhan, namun keraton ini menyimpan cerita heroik tentang peperangan antara Cirebon melawan Belanda di masa lampau.

Baca juga : Berkunjung ke Keraton Paling Megah di Cirebon

Keraton Kacirebonan didirikan pada tahun 1808 oleh Pangeran Carbon Amirul Mukminim yang merupakan putra mahkota Sultan Kanoman Keempat, Pangeran Muhammad Khaeruddin. Jadi bisa dikatakan Kacirebonan ini merupakan pecahan atau pemekaran dari Keraton Kanoman.

Pada tahun 1794, Belanda datang dengan maksud ingin menguasai Cirebon. Awalnya Belanda berniaga dan menjalin hubungan bilateral dengan Kesultanan Kanoman.

Hubungan bilateral ini tidak berlangsung lama sebab terjadi gesekan yang mengakibatkan pecahnya perang Cirebon yang terjadi pada akhir 1794 hingga 1818.

Perang Cirebon ini berlangsung dua kali. Perang pertama, Kesultanan Cirebon dipimpin oleh Pangeran Suryanegara, bergelar Raja Kanoman, yang merupakan putra mahkota Sultan Kanoman keempat.

2 tahun setelah kedatangannya di Cirebon, Belanda masih belum bisa menguasai daerah yang sekarang dijuluki sebagai Kota Udang ini. Oleh sebab itu diubahlah strategi dari jalur peperangan menjadi jalur perundingan. Beberapa tokoh penting yang terlibat dalam perang Cirebon ini kemudian diundang.

Dari Kesultanan Kanoman diwakili Pangeran Suryanegara. Namun, Kesultanan Kasepuhan yang ketika itu dipimpin sultan sepuh kelima, Pangeran Saefudin Matangaji, tidak hadir. Sebab beliau lebih cenderung memilih jalan bersenjata untuk mengusir Belanda dari tanah Cirebon.

Karena perundingan tidak membuahkan hasil, pihak Belanda menangkan Pangeran Suryanegara beserta pengikut – pengikutnya. Sebab isi proposal perjanjian perdamaian dari Belanda memiliki banyak poin yang akan merugikan rakyat Cirebon

Pangeran Suryanegara lalu dibuang ke Batavia. Setelah itu diasingkan ke Ambon dan dipenjara di Benteng Viktoria.

Tahun 1797, Sultan Anom keempat, Pangeran Muhammad Khaeruddin wafat. Seharusnya, Pangeran Suryanegara yang menjadi Sultan Kanoman kelima, namun karena berada di pengasingan maka jatuh pilihan ke beberapa putranya.

Mendapatkan situasi seperti ini, Belanda pun masuk dan mendukung Pangeran Surantaka atau Imamudin Abdul Sholeh karena dianggap lebih kooperatif.

Sikap kooperati Pangeran Surantaka ini dengan alasan Cirebon telah bertahun – tahun berperang dengan Belanda, apabila dipaksakan maka Cirebon akan lemah dan dikuasai. Maka jalan satu -satunya adalah bersikap kooperatif dulu dengan Belanda.

Tahun 1799 terjadi perang Cirebon yang kedua, yang disebut perang santri karena kalangan kiai dan santri yang dimotori oleh Sultan Sepuh Kelima, Pangeran Saefudin Matangaji menggempur Belanda.

Daendels, yang pada tahun 1806 menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda akhirnya memulangkan Pangeran Suryanegara ke Cirebon.

Setibanya dari pengasingan, Pangeran Suryanegara tidak kembali ke Keraton Kanoman dan memilih tinggal di daerah Sunyaragi dan berganti nama menjadi Pangeran Carbon Amirul Mukminin. Akhirnya pada tahun 1808, beliau mendirikan Keraton Kacirebonan dan meninggal dunia pada tahun 1814.

sejarah Keraton Kacirebonan
Papan berisikan informasi mengenai Keraton Kacirebonan yang dibangun pada tahun 1808

Informasi Paket Tour Cirebon Silahkan Klik tautan di bawah ini ya

Tour Cirebon 2019

Leave a Reply