(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login
(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login

Jalan – jalan ke Penang 11 : Ngadem di Penang Hill

penang hill malaysia

Senin, 17 Juni 2019. Langit kelabu menggantung di atas langit Pulau Pinang. Padahal hari – hari sebelumnya selalu cerah dan mengapa harus mendung di hari ini? Kami kan mau ke Penang Hill.

Sebelum berangkat ke Penang Hill, kami terlebih dahulu sarapan di Kedai Kopi Tiam Bee Hwa Café. Kemudian membeli bekal nasi bungkus di Line Clear. Kami tidak ingin melakukan kesalahan yang sama waktu ke Taman Nasional Penang ataupun ke Entopia dimana kami tidak mempersiapkan bekal untuk makan siang.

Seperti pada cerita sebelumnya, kami menunggu bus di halte yang sama yaitu Medan Lebuh Campbell. Bus Rapid Penang yang akan kami naiki adalah nomor 204 dengan tujuan Bukit Bendera. Ya, Penang Hill juga dikenal dengan nama Bukit Bendera. Mengingatkan saya akan obyek wisata dengan nama yang sama yang ada di daerah Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Bus yang ditunggu pun datang, kami segera menaikinya dan membayar ongkos sebesar RM 2 (sekitar Rp 7.000).

Memasuki wilayah Air Hitam hujan turun namun tidak begitu deras, disisi kiri jalan saya melihat kuil dengan patung yang amat tinggi. Sepertinya itu adalah Kuil Kek Lok Si.

Setelah 30 menit perjalanan, kami tiba tujuan yang disambut oleh rinai hujan.

Halte Penang Hill (difoto saat pulang, karena waktu datang hujan)

 

Dengan berlari kecil kami menuju loket pembelian tiket. Karena masih pagi dan juga hari itu Senin, maka tidak ada antrian panjang di loket. Kami memang telah mengatur rencana untuk mengunjungi Penang Hill saat hari kerja untuk menghindari anrian panjang, sebab Penang Hill sepertinya merupakan obyek wisata favorit yang ada di Penang.

Antriannya sepi

 

Dengan cepat saya langsung berhadapan dengan petugas loket.

“Darimana?” Tanyanya

“Indonesia” jawab saya

“RM 30 per orang”

Andai saja saya menjawab Malaysia, maka hanya akan dikenakan RM 12, toh si mbak petugasnya mungkin akan percaya jika saya orang Malaysia. Tapi bohong kan dosa, ya? Walau itu tujuannya biar ngirit.

Setelah membayar uang sebesar RM 60, kami mendapatkan brosur berisikan informasi tentang Penang Hill dan secarik kertas dengan tulisan Entry Batch No 8

Tiket dan brosur informasi mengenai Penang Hill

 

 Antri Naik Kereta

Sebelum masuk ke dalam antrian, kami diminta untuk berpose di sebuah layar hijau untuk dipotret oleh petugas. Kami menduga, pasti ini foto langsung jadi yang nantinya akan dikenakan harga yang kelewatan mahalnya.

Setelah dipotret kami masuk ke dalam antrian. Tak perlu menunggu lama, kami sudah diperkenakan untuk masuk ke dalam kereta yang dapat menampung hingga 100 orang ini.

Kami memilih untuk masuk ke gerbong yang berada paling depan. Dengan begitu kami bisa melihat pemandangan dengan leluasa.

Duduk di depan bisa lihat jalur kereta dengan jelas

 

Memasuki kereta, tempat duduk telah terisi penuh. Kami harus berdiri, namun saya melihat di dinding kereta tertulis Priority Seat untuk orang tua, ibu hamil dan membawa anak. Tidak ada yang bergeming memberikan tempat duduk untuk Hanny yang menggendong Fawwaz.

Saya menghampiri wisatawan yang dari wajahnya berasal dari Jazirah Arab.

“Excuse me, sir, do you see? This is priority seat”

Si bule Arab bertubuh tambun itu langsung pengertian dan memberikan Hanny tempat duduk.

 

Sejarah Kereta di Penang Hill

Masinis yang berada di sisi pojok kiri mulai menjalankan keretanya. Kereta ini melintasi rel yang dibangun pertama kali pada tahun 1901. Rel ini selesai tahun 1905, namun terjadi kegagalan teknis yang mengharuskan untuk dibangun kembali tahun 1909. Tahun 1914 dibangun jalur kedua yang menghabiskan dana sebesar USD 1.5 juta.

Pada 1 Januari 1924, rel kereta sepanjang 1996 meter dibuka secara resmi oleh Governor of Strait Setllement, Sir L.N Guilemard. Rel terakhir kali diupgrade tahun 1977, sebelum akhirnya diperiksa secara menyeluruh pada 2010.

Kereta yang kami naiki saat ini ada generasi yang keempat. Kereta yang memiliki warna biru ini mampung menampung sebanyak 100 orang dalam sekali jalan. Kereta yang diproduksi oleh Doppelmayr-Graventa dari Swiss ini dapat mengantarkan kita dari lower station hingga ke upper station hanya dalam waktu sekitar 5 menit saja.

Kereta generasi ke empat di Penang Hill

 

5 menit perjalanan namun cukup membuat jantung berdebar, sebab lintasan rel kereta ini begitu menanjak tajam. Di tengah perjalanan kereta melintasi terowongan. Jadi pikirkan ulang untuk menaiki kereta ini bagi anda yang takut akan ketinggian dan kegelapan.

Melewati terowongan

 

Explore Penang Hill

Akhirnya kami tiba di upper station, keluar dari kereta langsung disambut oleh angin yang disertai dengan rintik air hujan. Kini kami telah berada pada ketinggian sekitar 833 mdpl, yang membuat suasana cukup sejuk.

Para wisatawan nampak segera menuju ke Sky Walk dimana bisa menyaksikan Kota Penang dari ketinggian, padahal yang ada hanyalah pemandangan kabut putih.

Wisatawan di Sky Walk, salah satu tempat favorit di Penang Hill

Dari Sky Walk kami berjalan menuju booth penukaran tiket The Habitat, sebuah obyek wisata yang berada di Kawasan Penang Hill.

Saat berjalan menuju kesana, kami melihat booth foto langsung jadi. Iya, foto yang diambil waktu mau antri naik tiket. Ada foto kami dengan latar Penang Hill di malam hari terpampang. Seorang petugas mendekati kami untuk menawarkan foto tersebut dengan harga RM 40. Gila! Mahal amat! Latar fotonya bohongan lagi, hanya memanfaatkan teknologi CGI. Meski mahal buat saya, tapi nyatanya banyak juga yang membeli foto ini sebagai kenang – kenangan.

Kami sampai di booth The Habitat Penang Hill, lalu menukarkan E-Ticket kepada petugas, setelah itu kami diantar ke pintu masuk The Habitat menggunakan mobil double gardan.

Kami mengeksplore The Habitat selama 3 jam lamanya.

 

Masjid Bukit Bendera

Setelah mengeksplore The Habitat, kami istirahat di sebuah kedai yang bersebelahan dengan Masjid Bukit Bendera.

Masjid Bukit Bendera

 

Kami makan siang dengan bekal nasi kandar lauk ayam goreng yang kami beli di Line Clear. Rasanya nikmat banget, selain kami ada juga wisatawan asia dengan budget minim melakukan hal yang serupa. Makan dengan nasi bungkus.

 

Gembok Cinta di Penang Hill

Setelah makan siang dan salat, kami mencoba eksplore sebuah bangunan peninggalan Kolonial, namanya Bel Retiro Gate House. Bangunan ini didirikan tahun 1789 yang digunakan sebagai kediaman Gubernur Penang.

Di Penang Hill terdapat setidaknya 54 bungalows, dan Bel Retiro inilah yang berpredikat sebagai the most prestigious property di Penang Hill. Banyak wisatawan yang mendekati Bel Retiro untuk sekedar mengambil foto.

Gerbang Bel Retiro

Dari Bel Betiro kami ke Astaka dimana terdapat pagar yang telah dipenuhi dengan gembok cinta.

“Hei Hanny, kamu kenapa tidak antusias?”

“Hanny kan sudah melihat yang benerannya di Namsan Tower, Korea”

Songong betul istri saya ini. Sementara itu Fawwaz asik mengacak – acak gembok – gembok cinta yang bertuliskan nama- nama orang dengan berbagai macam aksara. Ada latin, arab, Jepang dan Korea. Eh, kok Korea ada juga, kan ente bisa masang juga di Namsan Tower sana.

Pagar yang telah dipenuhi oleh gembok cinta

 

Fawwaz sedang asik mainin gembok cinta

 

Gembok – gembok cinta ini bisa dibeli di sebuah booth yang memang menjual pernak – Pernik cinta – cintaan. Harga gemboknya RM 30.

Selain pagar gembok cinta, disini juga ada tulisan LOVE yang dibarikade oleh pengelolanya. Anda tidak boleh main masuk dan ambil foto dengan latar tulisan LOVE begitu saja, kalau mau harus bayar lagi. Gemes deh dengan Penang Hill ini!

“Pintar banget mereka cari cuan, benar – benar deh!”

Dari Astaka kami berjalan menuju Sky Walk untuk menikmati pemandangan Kota Penang dari ketinggian, laut dan Jembatan Penang. Sebab waktu kedatangan kami, pemandangan ini ditutupi oleh kabut.

Foto pemandangan Penang dari ketinggian

Karena melihat antrian untuk naik kereta ke lower station semakin panjang, kami pun segera bergegas untuk ikut masuk dalam antrian. Kami harus menunggu selama 10 menit untuk bisa naik ke dalam kereta, itu juga karena kebaikan dari petugas yang memberikan kami prioritas untuk naik terlebih dahulu sebab kami membawa Fawwaz. Sayangnya kami tidak dapat tempat duduk yang berada di depan. Ya sudahlah, yang penting bisa turun kembali dengan selamat.

 

Rencanakan Perjalanan Anda ke Penang Hill

Konter tiket buka mulai dari jam 06.20 hingga 22.30 Waktu Malaysia

Jadwal Kereta, 06.30 hingga 23.00 (berangkat setiap 30 menit sekali)

Lama perjalanan  kereta, 5 menit jika non stop dan 15 menit jika ada berhenti di stasiun yang berada di tengah bukit.

 

Cara Menuju Penang Hill

  1. Naik Taksi atau Grab Car
  2. Bus Rapid Penang nomor 204 (rute Jetty – Bukit Bendera), ongkosnya kalau naik dari Komtar RM 2 (sekitar Rp 7.000)
  3. Naik bus Hop – On – Hop – Off – City Route (stop number 03) 09.00 – 20.00 Waktu Malaysia (interval keberangkatan 20 – 30 menit)
Bus Rapid Penang nomor 204, rute Jetty – Bukit Bendera

Leave a Reply