(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login
(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login

Cerita Mudik Lebaran ke Aceh Via Kuala Lumpur

bandara_sultan_iskandar_muda

Akhir tahun 2018, kita dikejutkan dengan kenaikan harga tiket pesawat yang dirasa cukup mahal dari biasanya. Waktu itu rasanya masih wajar sebab akhir tahun merupakan peak season dimana memang harga tiket pesawat lebih tinggi.

Pertengahan Januari 2019, saat dimana libur natal dan tahun baru sudah usai atau sudah waktunya masuk ke low season, harga tiket pesawat ternyata masih saja mahal, padahal biasanya sudah turun dan lebih terjangkau.

Saya memeriksa harga tiket untuk 1 hingga 3 bulan ke depan, harganya cenderung seragam, tidak ada lagi tiket pesawat murah.

Kemudian muncul berita viral tentang Warga Aceh yang berbondong – bondong ke Imigrasi untuk membuat paspor. Jadi kalau mau ke Jakarta, orang Aceh lebih memilih via Kuala Lumpur daripada harus mengggunakan maskapai lokal. Dengan cara seperti ini bisa menghemat cukup banyak. Selisih harganya jauh banget. Ini sangat menjengkelkan.

Buat Paspor

Lebaran Idhul Fitri 1440 H tinggal sebulan lagi, harapan untuk mendapatkan tiket pesawat murah buat mudik, pupus sudah. Meski Pemerintah telah memutuskan untuk menurunkan Tarif Batas Atas sebesar 12 – 16 %, harga tiket pesawat tetap saja mahal.

Waktu itu tiket Jakarta – Aceh paling “murah” yang disediakan maskapai lokal ialah Rp 2.056.600, itu belum termasuk bagasi.

Saya pun langsung bergegas membuat paspor, sepertinya mudik lebaran ke Aceh via Kuala Lumpur menjadi pilihan terbaik.

Semua berkas untuk pengurusan paspor saya kumpulkan. Saya dan istri cukup mudah, sebab sebelumnya kami telah memiliki paspor yang diterbitkan diatas tahun 2009, jadi cukup mendaftar lalu dikantor imigrasi hanya membawa fotokopi paspor lama dan E KTP, menunggu antrian, wawancara dan foto, bayar. Paspor pun selesai dalam waktu 10 hari kerja.

Baca juga : Pengalaman Membuat Paspor di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan

Untuk anak berkas persyaratan pembuatan paspor diantaranya Akta Lahir, foto copy kedua orang tua, buku nikah. Tidak ada kendala dalam pembuatan paspor. Kanim Jaksel bekerja sangat baik. Paspor kami selesai sesuai dengan waktunya.

Beli Tiket Air Asia

Paspor sudah ditangan, saatnya beli tiket. Karena belinya sudah mepet dari waktu keberangkatan, sehingga harga tiket Jakarta – Kuala Lumpur sudah mahal.

Tak habis akal, saya pindahkan rute menjadi Bandung – Kuala Lumpur yang ternyata harganya masih Rp 500 ribuan.

Untuk tiket Kuala Lumpur – Banda Aceh, harganya sekitar Rp 374 ribu. Murah banget.

Total yang saya habiskan untuk rute Bandung – Kuala Lumpur – Banda Aceh ialah Rp 3.390.000, untuk 2 orang dewasa, 1 infant dan termasuk bagasi 20 Kg. Seandainya tanpa bagasi tentu akan lebih murah lagi. Jika dibandingkan dengan sesama LCC asal Indonesia, saya bisa menghemat Rp 2 juta sekali jalan.

Bandung – Kuala Lumpur

Kami memesan tiket Air Asia Bandung – Kuala Lumpur dengan jadwal keberangkatan jam 19.30 yang ternyata diundur satu jam dikarenakan alasan operasional. Untungnya Air Asia sudah mengabari ini satu hari sebelumnya. Jadwal yang diundur ini juga saya syukuri karena artinya jeda waktu kami menunggu di KLIA 2 sedikit berkurang.

4 jam sebelum keberangkatan, kami telah berangkat menuju Bandara Internasional Husen Sastranegara Bandung.

Kami tiba 45 menit kemudian. Kami melihat suasana di terminal kedatangan maupun keberangkatan domestik tidak begitu ramai sebagaimana mestinya, sebab saat itu sudah H-2 lebaran. Mungkin imbas dari mahalnya tiket pesawat yang membuat orang menjadi enggan bepergian dengan pesawat.

Karena tiba lebih awal, proses check in dan drop bagasi begitu lancar.  Namun pemeriksaan barang bawaan dan pintu imigrasi baru dibuka 45 menit kemudian.

Kami menunggu dan duduk di kursi yang tersedia. Adzan maghrib pun berkumandang, saya membatalkan puasa dengan bekal yang dibawa.

Setelah adzan petugas bandara break selama 30 menit. Tidak ada aktivitas sama sekali, saya melihat orang asing yang kebingungan karena tidak bisa check in.

Tepat jam 7 malam, para penumpang dipersilahkan untuk masuk ke ruang tunggu. Tapi sebelum itu tentunya harus melewati pemeriksaan barang bawaan, kemudian proses imigrasi, setelah itu menunggu pesawat dari Kuala Lumpur tiba.

Satu jam kemudian, pesawat air asia dari Kuala Lumpur mendarat di landasan Husen Sastranegara. Kami langsung bersiap dan berbaris sesuai dengan zona masing – masing. Zona 1 ialah bagi mereka yang membeli premium flexible dan duduk di hot seat, sedangkan zona 2 dan zona 3 ialah kursi diluar hot seat.

Setelah proses unloading dan loading penumpang selesai, pesawat dengan kode penerbangan QZ 173 ini terbang menuju Kuala Lumpur. Perjalanan begitu mulus, dan kami tiba 2 jam setelahnya.

Tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur LCC/KLIA 2

Kami tiba saat hari akan berganti ke hari yang baru. Waktu di Malaysia satu jam lebih awal daripada Indonesia.

Tiba di Bandara KLIA 2 saat tengah malam

Keluar dari pesawat, kami segera menuju pengambilan bagasi. Namun sebelum itu tentunya harus melewati Imigrasi.

Dari cerita – cerita yang ditulis oleh travel blogger, katanya pemeriksaan Imigrasi di KLIA 2 ini cukup menguras waktu. Namun waktu itu antrian tidak begitu panjang, mungkin karena sampainya tengah malam.

Keluar dari imigrasi, kemudian kami menuju pengambilan bagasi. Setelah itu kami mencari tempat untuk beristirahat, sebab penerbangan selanjutnya ke Kuala Lumpur jadwalnya masih lama yakni 07.40 Waktu Malaysia.

Dari pengalaman Mas Choky, salah satu tempat terbaik untuk istirahat saat transit di KLIA 2 adalah Burger King. Kami mengikuti saran tersebut, dan benar saja, banyak orang asing yang menunggu waktu transit disini.

Biar singgah di Burger King-nya lebih enak, saya memesan salah satu paket yang tersedia, harganya RM 18, kalau di rupiahkan sekitar Rp 63 ribu, paketnya berupa 2 potong ayam, frech fries regular dan soft drink. Lumayanlah buat sahur sekalian (btw ini sahur terakhir di Ramadhan 1440 H)

Rupayanya Fawwaz ga nyaman di Burger King, jadinya kami mencari tempat lain buat ngemper, dengan mata terkantuk – kantuk, kami memilih ngemper dekat pintu masuk keberangkatan internasional. Di sebelah kami ada seseorang yang dari wajahnya sepertinya sebangsa. Orang itu wajahnya nampak kelelahan.

Dari kejauhan ada dua orang petugas, berpakaian dinas dengan warna hitam. Mereka nampak memeriksa orang yang tampilannya mencurigakan. Mereka semakin mendekati kami, dan memeriksa orang yang disebelah kami itu.

hei kau nak kemane?”

“Jawa, Indonesia, Pak”

“boleh lihat paspor mu? Kenapa wajah kau lelah sangat, sakit kah kau?”

Setelah diperiksa, orang itu beranjak dari tempatnya semula. Entah kemana. Bukan urusan kami.

4 jam sebelum keberangkatan kami melakukan self check in di Kios K yang banyak tersebar di KLIA 2. Prosesnya sangat mudah, tinggal scan barcode tiket atau memasukan kode booking. Setelah itu scan paspor dan pernyataan jumlah bagasi yang terdaftar, setelah itu keluarlah boarding pass dan tag untuk bagasi.

Setelah self check in, kami menuju ke counter untuk drop bagasi khusus penerbangan ke Indonesia. Antriannya minta ampun, mungkin karena mau lebaran jadi banyak orang Indonesia yang akan pulang kampung dan membawa banyak barang bawaan.

Antrian drop bagasi tujuan Indonesia pada saat dini hari, antrian sudah mengular panjang

Beruntung bagi kami, karena petugas dari Air Asia yang melihat kami langsung mengarahkan kami ke counter drop bagasi mandiri.

hanya bawa satu baggage kah? Silahkan pindah ke counter itu, kasihan baby, penat sangat

Kami pun menurutinya, antriannya hanya 2 – 3 orang saja. Karena ini adalah pengalaman pertama untuk drop bagasi mandiri, saya sempat kebingungan. Ternyata caranya mudah sekali, tinggal scan barcode pada tag bagasi, lalu konfirmasi dan banggg bagasi kita berjalan menuju pesawat sesuai tujuan. Ga perlu khawatir bagasinya salah alamat.

Beres urusan bagasi, selanjutnya kami menuju ke proses imigrasi. Meski masih dini hari, antriannya sudah sangat panjang. Tidak ada prioritas disini, meski menggendong bayi sekalipun. Setidaknya butuh 30 menit untuk keluar dari Imigrasi.

Jadwal penerbangan masih 2 jam lagi, kami telah siap di ruang tunggu. Saya perhatikan di tiap ruang tunggu untuk keberangkatan menuju daerah di Indonesia, semuanya ramai. Pun begitu dengan ruang tunggu yang kami tempati, ramai sekali orang Aceh yang hendak balik kampung.

Kuala Lumpur – Banda Aceh

15 menit sebelum keberangkatan, diumumkan kepada para penumpang untuk masuk ke dalam pesawat. Kami berbaris sesuai dengan zona masing – masing.

Memasuki badan pesawat, kami disambut oleh anak – anak kapal Air Asia. Anak – anak kapal adalah sebutan untuk Pramugari/Pramugara dalam bahasa Melayu. Dalam penerbangan ini semua anak – anak kapalnya adalah laki – laki.

Kenapa ya? Apa karena peraturan daerah Aceh Besar yang mengharuskan pramugari pesawat yang turun ataupun singgah di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda harus mengenakan busana muslimah? Ketimbang harus “memaksa” pramugarinya memakai hijab, lebih baik menugaskan pramugara saja.

Kami duduk sesuai dengan nomor bangku yang tertera di boarding pass.

Siap terbang menuju Banda Aceh

Pesawat kami terbang sesuai dengan jadwal, meski saat itu sedang masa sibuk “balik kampong” namun Air Asia tetap memberikan layanan terbaik bagi para penggunanya.

Penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Banda Aceh memakan waktu sekitar 1,5 jam. Penerbangan berlangsung dengan nyaman karena cuaca yang bersahabat.

Akhirnya kami tiba di Bandara Internasional SIM, bagi saya ini adalah yang ketiga kalinya menjejakan kaki disini. Perjalanan mudik yang begitu panjang dan melelahkan, tapi tak mengapa. Yang terpenting bisa berkumpul bersama keluarga di momen Hari Raya.

Lebaran di Aceh
1 Response

Leave a Reply