(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login
(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login

Jalan – jalan ke Pantan Terong, Menyaksikan Keindahan Danau Laut Tawar Dari Ketinggian

wisata_pantan_terong_aceh_tengah

Bagi saya, untuk menikmati keindahan danau, lebih asik jika dilihat dari ketinggian, soalnya kalau dari tepian danau, terlihat seperti biasa saja. Di Sumatera Barat, ada Puncak Lawang dimana kita bisa menyaksikan keindahan Danau Maninjau dari ketinggian. Lalu ada juga Aur Sarumpun untuk melihat Danau Singkarak. Nah, di Aceh ada Danau Laut Tawar, untuk melihat keindahannya kita bisa mengunjungi obyek wisata Pantan Terong.

Hari kedua setelah Hari Raya Idhul Fitri, ayah mengajak kami jalan – jalan ke Takengon. Ajakan yang tentunya sulit untuk kami tolak.

Baca juga: Cerita Mudik Ke Aceh via Kuala Lumpur 

Sayangnya ibu kurang sehat sehingga tidak bisa ikut serta. Pun begitu dengan adik – adik yang tidak mau ikut jika ibu gag ikut. Sehingga kami menuju Takengon hanya berempat. Saya, Istri, Ayah dan tentu saja Fawwaz.

Dari Lhokseumawe menuju Takengon bisa melewati Biereun atau jalan KKA. Ayah lebih memilih melewati Jalan KKA sebab dengan cara ini bisa menghemat perjalanan sejauh 40 kilometer.

Ke Takengon, ngapain ya?

Sehari sebelum kepergian, saya sudah searching obyek wisata yang ada di sekitar Takengon. Ada banyak daftar tempat wisata yang ada disana, namun yang menarik perhatian saya adalah Pantan Terong. Jadi tujuan utama kami saat ke Takengon, ya Pantan Terong itu.

Obyek wisata Pantan Terong berada di wilayah Desa Ulu Nuih, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah. Dari Kota Takengon, obyek wisata ini berjarak sekitar 10 kilometer. Kalau dihitung dari Lhokseumawe, tempat kami tinggal, jaraknya jauh banget lah, sekitar 105 kilometer, jika lancar akan memakan waktu 3 jam perjalanan.

Setelah berjalan sekitar 10 kilometer dari rumah, kami tiba di persimpangan menuju Jalan KKA, ayah pun mengarah kesana. Kondisi jalannya sangat baik meski melewati perkampungan. Disebut Jalan KKA karena menurut informasi yang saya dengar, jalan ini dibuat untuk penunjang operasional Pabrik PT KKA.

Pabrik PT KKA (Kertas Kraft Aceh) dibangun pada tahun 1985 dengan nilai investasi mencapai USD 424 ribu. Tujuan dibangun pabrik ini salah satunya untuk memproduksi kertas kantong semen. Tahun 1989 pabrik mulai beroperasi. Namun di akhir 2007, PT KKA resmi berhenti operasi dikarenakan berbagai alasan.

Kami melihat Pabrik PT KKA di sisi kanan jalan yang  begitu luas. Bangunan – bangunannya nampak seperti Kota Hantu, begitu sepi.

Pabrik PT KKA yang menarik perhatian sebelumnya sudah hilang dari pandangan, kini pandangan kami tertuju pada barisan pegunungan yang berjajar begitu permai. Panorama ini begitu indah sebab pagi itu cuacanya sedang cerah.

Singgah di Puncak Hill Resto

Setelah menempuh perjalanan sejauh 50 kilometer, kami melihat disisi kiri kanan jalan banyak terdapat café dan resto yang selain menyajikan makanan dan minuman juga memiliki daya tarik panorama pegunungan.

“kalau capek, kita istirahat dulu ya” kata ayah

Kami pun berhenti di salah satu resto, namanya Puncak Hill Resto. Disini kami istirahat sejenak sambil memesan makanan dan minuman. Cerita lengkapnya bisa dilihat di link bawah ini ya.

Lanjut ke Pantan Terong

Setelah istirahat, kami melanjutkan perjalanan ini. Masih ada setengah perjalanan lagi. Perjalanan yang begitu menantang sebab jalan yang dilalui dipenuhi oleh tanjakan dan kelokan. Untungnya jam terbang ayah kami sudah tinggi, jadi ia sangat piawai mengendarai mobil yang kami tumpangi.

Memasuki wilayah Kabupaten Bener Meriah, di sepanjang jalan kami melihat perkebunan kopi yang tumbuh sangat subur. Jadi pengen ngopi, apalagi saya juga melihat banyak banget kedai kopi mobile (kedai kopi yang menggunakan mobil sejenis Suzuki APV, Luxio sebagai tempat berjualan).

Setelah 4 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di Pantan Terong, hal ini ditandai dengan banyaknya mobil yang terparkir di tepi jalan. Tapi dimana tulisan ikonik Pantan Terong-nya?

Tulisan ikonik Pantan Terong yang ramai diserbu pengunjung

 

Oh, rupanya kami salah lokasi. Harusnya kami belok ke kanan, bukan ke kiri. Kami agak terkecoh dengan obyek wisata ala – ala kekinian yang ditandai love – lovean.

Untuk masuk ke obyek wisata Pantan Terong, pengunjung diharuskan membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000 per orang, belum termasuk biaya parkir. Untuk mobil Rp 10.000 sedangkan motor hanya Rp 5.000

Sayangnya kami tiba tepat jam 12 siang dimana pengelola obyek wisata menutup sementara lokasinya untuk istirahat dan salat. Obyek wisata ini baru buka kembali pada jam 1 siang.

By the way, tidak hanya di Pantan Terong saja yang memberlakukan kebijakan seperti ini, tapi obyek wisata lainnya yang ada di Aceh. Bahkan ada juga yang ditutup untuk pengunjung saat memasuki waktu salat ashar, seperti Obyek Wisata PLTD Apung di Banda Aceh.

Baca juga : PLTD Apung Banda Aceh

Kami  menunggu hingga obyek wisata ini dibuka kembali. Sembari menunggu, kami memesan Kopi Gayo Susu di kedai kopi mobile yang kebetulan ada juga yang mangkal di depan pintu masuk. Harga per gelasnya Rp 15 ribu, cukup mahal dari biasanya. Tapi rasanya enak banget, harganya sesuai lah.

Tepat jam 1 siang, Pantan Terong mulai membuka diri kembali. Kami pun mengantri membeli tiket masuk, begitu masuk ke lokasi, kami langsung mencari tempat untuk menyaksikan keindahan Danau Laut Tawar dari ketinggian. Untungnya siang itu kabut belum turun sehingga kami bisa menyaksikan Danau Laut Tawar dengan sempurna beserta dengan hamparan Kota Takengon dengan rumah dan bangunannya yang juga terlihat jelas.

Kota Takengon dan hamparan rumah serta Danau Laut Tawar

 

Di obyek wisata Pantan Terong terdapat sebuah kafe yang menempati bangunan dua tingkat. Di samping kafe tersebut terdapat prasasti peresmian obyek wisata ini tepat pada 17 Agustus 2001 oleh Bupati Aceh Tengah, Mustafa M. Tami.

Zoom in ke Danau Laut Tawar

 

Obyek wisata Pantan Terong diprakarsai oleh Ibu Hj. Nilawati Mustafa dan merupakan titik awal pembangunan pariwisata di Aceh Tengah.

Di kafe ini pengunjung bisa menyesap kopi sembari menikmati suasana sejuk dengan panorama yang cantik. Kafe ini juga menyediakan biji dan bubuk kopi yang bisa dibeli untuk oleh – oleh. Disini juga tersedia fasilitas mushala bagi yang hendak salat.

Kafe di lokasi wisata Pantan Terong

 

Yang sangat disayangkan dari Pantan Terong adalah minimnya fasilitas bermain untuk anak – anak, padahal sepengamatan saya pengunjung disini kebanyakan ialah orang – orang yang membawa serta keluarga dan anak – anak. Sehingga setelah menyaksikan pemandangan, selfie atau groufie dengan latar Danau Laut Tawar, tidak ada lagi kegiatan menarik yang bisa dilakukan anak – anak disini. Paling banter hanya menunggang kuda saja.

Ada wahana menunggangi kuda

 

Selain itu rasanya perlu ditetapkan aturan larangan merokok, sehingga pengunjung yang datang kesini benar – benar bisa menikmati udara segar khas pegunungan tanpa diganggu oleh asap rokok.

Pemandangan yang dapat disaksikan di Pantan Terong

 

Dengan panorama yang indah serta udara yang sejuk, seharusnya kami bisa betah berlama – lama disini. Namun sepertinya Danau Laut Tawar memanggil – manggil kami untuk dikunjungi.

Kami pun meninggalkan Pantan Teron dan turun menuju Danau Laut Tawar.

2 Responses

Leave a Reply