Saya ingat ketika ayah saya mengajar sejarah bab Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, salah satu yang dilakukan oleh petinggi bangsa ini ialah melalui perundingan dengan pihak Belanda. Ada perundingan Renville, ada juga Perundingan Linggarjati yang berlangsung di Gedung Perundingan Linggarjati, Kuningan.
Ayah berjanji akan mengajak saya melihat langsung gedung yang menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah itu. Sayang, hingga akhir hayatnya janji tersebut tidak berhasil dipenuhi.
Akhir 2018, saya dan istri berkunjung ke Kuningan tepatnya ke kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai blok Ipukan. Setelah puas mengeksplore kawasan Ipukan dimana terdapat dua air terjun yakni Curug Cisurian dan Curug Payung, kami kembali ke Cirebon.
Baca Juga : Curug Cisurian di Taman Nasional Gunung Ciremai
Saat melintasi wilayah Linggarjati, saya melihat plang penunjuk arah Gedung Perundingan Linggarjati.
“mau kesana gag?” tanya saya
“ikut abang ajalah” jawab istri saya singkat
Kami pun mengarah menuju lokasi dimana Gedung Perundingan Linggarjati berada, saat kami kesana, kami melihat ada objek wisata lain yaitu Kebun Raya Kuningan, namun karena keterbatasan waktu kami tidak sempat mampir, mungkin suatu saat saya akan kesana.
Kami pun tiba di area parkir, seorang ibu penjaga parkiran langsung mendekati kami dan memberikan secarik kertas dengan tulisan Rp 2 ribu.
Tak lama kemudian datang dua bus yang membawa rombongan dari Tasikmalaya, meski hari sudah sore ditambah awan mendung yang menggantung di langit, tapi wisatawan tetap antusias untuk menyambangi Gedung Perundingan Linggarjati ini.
Tiket Masuk Gedung Perundingan Linggarjati
“Selamat datang di Gedung Perundingan Linggarjati” ujar pengelola gedung
“silahkan diisi daftar namanya dan bayar tiket masuk Rp 2.000” tambahnya lagi
Wow, Cuma Rp 2.000 aja, murah banget. Biasanya tiket masuk museum paling murah Rp 5.000, eh tapi ada juga museum di Jakarta yang tiket masuknya juga Rp 2 ribu yaitu Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Kami masuk ke dalam gedung besejarah ini bersamaan dengan rombongan dari Tasikmalaya, jadinya ngekorin mereka aja supaya dapat penjelasan dari guide yang sudah hafal betul sejarah yang terjadi disini.

Sejarah Gedung Perundingan Linggarjati
Gedung bersejarah ini dibangun pada 1918. Awalnya masih berupa gubuk milik Ibu Jasitem yang kemudian menikah dengan seorang Belanda.
Tahun 1921 dibangun setengah tembok dan dijual kepada seorang Belanda yang lain. Tahun 1930 sempat diperbaiki menjadi rumah tinggal keluarga.
Kemudian hingga tahun 1935 disewakan untuk menjadi Hotel Rustoord. Tahun 1942 ketika Jepang merebut Indonesia dari Belanda, mereka mengubah gedung ini menjadi Hokai Ryokai. 3 tahun berselang direbut oleh pejuang Indonesia yang kemudian dijadikan markas BKR dan diubah namanya menjadi Hotel Merdeka.

Tahun 1946 di Hotel Merdeka ini lah berlangsung perundingan Linggarjati tepatnya tanggal 11 November 1946
Latar Belakang Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati dilatarbelakangi oleh masuknya AFNEI yang diboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan “Status Quo” di Indonesia. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda, seperti peristiwa 10 November di Surabaya.
Isi Perundingan Linggarjati
Hasil Perundingan Linggarjati menghasilkan 17 pasal, yang point pentingnya antara lain :
- Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.
- Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949
- Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS)
Wakil Perundingan Linggarjati
Indonesia diwakili oleh Sutan Syahris, Belanda diwakili oleh tim yang disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh Wim Schermerhorn dengan anggota H.J Van Mook dan Lord Killearn dari Inggris yang bertindak sebagai mediator.
Ada Apa Aja disini?
Setelah pemandu selesai menceritakan sejarah terkait Perundingan Linggarjati, selanjutnya ia menjelaskan ruangan – ruangan yang mengisi gedung putih itu.
Ada ruang sidang, ruang sekretaris, kamar tidur Lorrd Killear, kamar tidur delegasi Indonesia, kamar tidur delegasi Belanda, ruang pertemuan Presiden Soekarno dan Lord Killearn, ruang makan, kamar mandi, ruang setrika, gudang, bangunan paviliun, sampai garasi.

Pada bagian tengah ruangan, banyak diisi dengan miniatur – miniatur yang menggambarkan jalannya Perundingan Linggarjati.

Lainnya
Selain cerita sejarah, di area halaman seluas 2 hektar ini, terdapat beberapa ekor rusa totol yang bisa anda lihat. Selain itu di area samping dari gedung ini atau di area sekitar mushala kita bisa menyaksikan panorama Gunung Ciremai hingga puncaknya saat cuaca sedang bagus atau waktu tidak tertutup kabut dan awan.

[…] baca juga : Wisata Sejarah – Gedung Perundingan Linggarjati […]