(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login
(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login

Kue Sagon Bakar Rangin, Teman Nyemil di Dieng yang Dingin

kuliner kue sagon bakar

Kue Sagon Bakar adalah sebuah kue yang amat sederhana, dimasak dengan cara yang sederhana pula. Makanan ini berbahan dasar tepung ketan dan parutan kelapa. Bentuknya bulat dengan cekungan pada bagian tengah ini dimasak dengan cara dibakar di atas barang arang.

Orang Dieng menyebut kue ini rangin. Kita bisa menemui penjual kue sagon bakar ini di setiap destinasi wisata yang ada di Dieng.

Kami menjumpai penjual kue ini pertama kalinya di Bukit Sikunir. Waktu itu hanya membeli sedikit, ternyata rasanya bikin ketagihan. Dan kami menyesal tidak membeli banyak.

Pertama kali kami menjumpai penjual kue sagon bakar di Bukit Sikunir

Kami menjumpai kembali penjual kue sagon bakar usai mengeksplore Kawah Sikidang. Dari banyaknya deretan pelapak pedagang, terdapat 2 lapak yang menjual menu kue ini.

Baca juga : Kawah Sikidang, Overdosis Spot Foto!

“ayo singgah, cobain kue khas Dieng” kata salah seorang penjualnya

Namanya Sinta, Usianya masih belia, mungkin saat ini dia sedang duduk di bangku SMP. Karena sedang libur akhir tahun dia membantu kedua orang tuanya menjajakan kue sagon bakar. Saya suka sekali melihat anak yang membantu orang tuanya berjualan seperti Sinta.

Kami pun singgah di lapaknya yang sangat sederhana. Tidak ada dinding permanen yang melindungi lapak ini, hanya ada terpal berwarna biru dan oranye serta spanduk – spanduk sisa kampanye yang di susun sedemikian rupa sehingga jadilah ia lapak yang cukup nyaman untuk berjualan.

Di depan lapaknya terdapat sebuah kotak etalase dari kaca bening yang digunakan untuk menaruh kue sagon bakar yang telah selesai di masak.

Penjual kue sagon bakar di Kawah Sikidang

Kue sagon bakar yang dijual orang tua Sinta ini harganya murah banget. Untuk yang rasa original harganya Rp 5.000, sedangkan jika ditambah dengan varian rasa seperti coklat, keju, strawberry dan mocha, cukup menambah Rp 1.000 saja.

Kami memesan dua kue sagon rasa original. Kue ini lebih enak disantap saat masih hangat, jadi kami meminta yang baru dimasak.

Sambil menunggu pesanan kami matang, kami melihat cara memasak kue ini.

Bahan baku Sagon adalah tepung ketan, parutan kelapa, gula pasir serta sedikit vanili sebagai aroma. Kelapa yang digunakan harus benar – benar pas. Tidak boleh terlalu muda atau terlalu tua.

Mengapa?

Kalau terlalu muda hasilnya akan terlalu lembek. Kalau terlalu tua, rasa sagonnya kurang gurih. Untuk mengantisipasi hal itu maka Ibunya Sinta mencampur kelapa muda dan kelapa tua.

“kelapa yang digunakan campuran kelapa muda dan kelapa tua” kata si ibu yang sedang serius memarut kelapa.

meracik adonan kue sagon bakar
Mempersiapkan adonan kue sagon

Bagi saya, wisata kuliner itu tidak hanya sekedar makan – makan saja. Ada hal yang saya sukai selain itu yaitu menyaksikan proses makanan itu dibuat. Melihat adonan sagon – sagon dibakar di atas bara arang, menjadi atraksi yang cukup menarik.

memasak kue sagon bakar
Sagon dibakar di atas bara arang

Adonan sagon mentah yang terdiri atas tepung ketan, parutan kelapa, gula pasir dan vanili itu ditempatkan dalam satu cetakan aluminium berbentuk bulat. Kemudian, Sagon dalam cetakan itu dibakar dengan bara arang dari dua sisi : bawah dan atas. Tak sampai lima menit, Sagon panas beraroma harum itu sudah matang dan siap disantap.

Kami menyantapnya langsung di tempat. Karena kalau sudah dingin kurang nikmat lagi rasanya, karena menjadi agak sedikit keras. Walaupun bisa diatasi cukup dengan dihangatan sebentar di penghangat nasi sebelum disantap. Tapi kan kami lagi sedang dalam perjalanan.

“masnya, tak mau beli lagi untuk oleh – oleh” tawar Sinta

“lho emangnya bisa?”tanya saya

“bisa, mas. Sagonnya bisa bertahan sampai tiga hari” jawab sinta.

Namun, Sinta. Bukannya saya tidak mau membeli lebih. Di hari terakhir kami di Dieng ini, kami tidak langsung pulang ke rumah. Masih ada perjalanan panjang yang menanti kami. Sore itu kami akan melanjutkan perjalanan ke Bandung, Paris Van Java.

Kami pun meninggalkan Sinta, sementara Sinta terus melakukan pekerjaannya membantu orang tuanya. Memanggil – manggil wisatawan yang lewat depan lapaknya

“pak, bu, sagon bakarnya, oleh – oleh khas Dieng”

Semangat terus Sinta!