Jika kamu ingin berwisata ke Penang, saran saya pilihlah hotel yang ada di Jalan Lebuh Chulia. Bukan tanpa alasan, sebab di jalan ini banyak pilihan hotel dengan harga relatif terjangkau, dilalui oleh bus Rapid Penang, banyak tempat untuk kuliner dan bagi kamu yang Muslim, jalan ini dekat dengan Masjid Kapitan Keling, masjid tertua di Pulau Pinang.
Usai mengeksplore Taman Nasional Penang dan Pantai Batu Ferringhi, kami kembali ke hotel dan tiba 30 menit sebelum waktu maghrib.
Baca juga : Pasir Pandak di Taman Nasional Penang
Saya segera membersihkan diri lalu bersiap untuk menunaikan salat maghrib di Masjid Kapitan Keling yang berjarak sekitar 600 meter dari hotel.
Dari hotel saya berjalan sesuai dengan arah yang ditunjukkan google maps. Dari Lebuh Chulia, saya mengambil ke kanan melintasi Jalan Lebuh Carnavon, kemudian ke kiri untuk masuk ke Jalan Buckingham.
Jalan Buckingham ketika itu ramai dengan lalu lalang kendaraan, selain itu banyak juga turis yang sedang asik menghabiskan senja disini. Saya melihat banyak sekali orang yang mengabadikan rona merah senja di jalan ini.

“Allahu Akbar Allahu Akbar”
“ashhadu alla ilaha illallah”
Iqamat telah dillantunkan, saya mempercepat langkah menuju masjid.
Saya sempat kebingungan mencari tempat wudhu dan ternyata tempat wudhu disini berupa kolam besar untuk menampung air, yang pada pinggirannya disediakan gayung untuk berwudhu.
Usai berwudhu saya masuk ke dalam barisan jamaah yang didominasi oleh India Muslim.
Setelah menjalankan ibadah salat maghrib perasaan menjadi begitu tenang. Sebelum kembali ke hotel, saya ingin mengabadikan Masjid Kapitan Keling yang bermandikan cahaya di malam hari.
Di depan pintu masuk masjid, terdapat sebuah prasasti yang berisikan sejarah tentang Masjid Kapitan Keling dalam beberapa bahasa.

Dari prasasti ini saya sedikit mengetahui sejarah dari masjid yang bergaya Mogul India ini.
Sejarah Masjid Kapitan Keling
Masjid Kapitan Keling merupakan salah satu masjid bersejarah di Malaysia, khususnya Penang. Ia adalah masjid pertama yang didirikan di pulau yang mempunyai julukan Pearl of the Orient ini.
Masjid Kapitan Keling dibangun oleh pasukan East India Company yang juga merupakan penduduk Muslim pertama di Penang, pada sekitar akhir tahun 1700-an.
Seiiring berjalannya waktu, masyarakat Muslim India terus berkembang dan membutuhkan sebuah masjid yang lebih permanen.
Akhirnya pada tahun 1801, masyarakat yang dipimpin oleh Caudeer Mohudeen atau sering disebut sebagai “Kapitan Keling”, memohon sebidang tanah supaya sebuah masjid yang lebih besar dan permanen dapat didirikan. Pada tahun 1801 East India Company memberikan sebidang tanah seluas 18 acres atau 7,2 hektar.
Pembangunan masjid ini menggunakan bahan bangunan yang berasal dari India, begitu juga dengan para pekerja bangunannya.
Bangunan masjid berdiri di atas halaman yang luas bersama dengan Kawasan tanah pemakaman dan perkampungan dimana sewa yang dikenakan adalah untuk kegunaan penyelenggaran masjid dan acara amal.
Selepas peninggalan Caudeer Mohudeen pada tahun 1834, sebagian tanah tersebut telah diambil untuk pembangunan jalan umum dan rumah – rumah di Kawasan masjid yang mengakibatkan berkurangnya luas tanah masjid menjadi 3,2 hektar pada tahun 1903.
Terbuat dari batu bata, masjid yang asli memiliki struktur satu lantai, tapi kemudian beberapa kali direnovasi sampai ke bentuknya yang sekarang.
Dikelilingi oleh dinding yang rendah, masjid berwarna putih ini dihiasi dengan menara dan kubah kuning bergaya Mogul. Sebuah madrasah juga terdapat di dalam kompleks masjid ini. Menara tinggi yang digunakan oleh muazin untuk mengumandangkan azan, terletak di sudut jalan Buckingham dan Pitt Street.

[…] Baca juga : Masjid Kapitan Keling, Masjid Tertua di Pulau Pinang […]
[…] Baca juga : Masjid Kapitan Keling, Masjid Pertama di Pulau Pinang […]