(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login
(+62) 897-7257-136 [email protected]

Login

Sign Up

After creating an account, you'll be able to track your payment status, track the confirmation and you can also rate the tour after you finished the tour.
Username*
Password*
Confirm Password*
First Name*
Last Name*
Birth Date*
Email*
Phone*
Country*
* Creating an account means you're okay with our Terms of Service and Privacy Statement.
Please agree to all the terms and conditions before proceeding to the next step

Already a member?

Login

Jalan – jalan ke Penang 1 : Menuju Penang dari Banda Aceh

catatan_perjalanan_penang

Tak terasa, 10 hari sudah kami berada di Lhokseumawe. Hari – hari yang menyenangkan berkumpul dengan keluarga. Selain itu kami juga cukup puas dengan agenda jalan – jalan ke Takengon serta wisata kuliner, mencicipi berbagai makanan khas Aceh seperti Mie Aceh dan Sate Matang.

Kini saatnya kami harus meninggalkan kota yang pernah dijuluki sebagai Petro Dollar ini. Dari Lhokseumawe menuju Banda Aceh kami diantar oleh keluarga.

Perjalanan sejauh 250 kilometer ini begitu menyenangkan, karena ayah membawa mobilnya dengan santai. Jika ada yang menarik di jalan, kami sempatkan untuk singgah.

Kami tiba di Banda Aceh tepat pada saat adzan maghrib berkumandang. Saatnya istirahat, sebab besok pagi kami akan melanjutkan perjalanan menuju Penang via Kuala Lumpur.

Liburan ke Penang

Agenda liburan ke Penang sudah saya siapkan sebelum kami berangkat ke Banda Aceh. Saya sudah mencatat apa saja destinasi yang akan dikunjungi serta transportasi publik yang akan dinaiki. Begitu pun dengan hotel yang akan kami inapi, sudah saya booking. Bisa dikatakan persiapan liburan ke Penang cukup matang.

Penerbangan Banda Aceh – Kuala Lumpur

Setelah salat shubuh, kami bergegas menuju Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda yang berjarak sekitar 9 kilometer dari rumah. Jika lancar, perjalanan hanya memakan waktu 15 menit saja.

Jadwal penerbangan kami ialah pukul 08.25 WIB, namun karena kami membawa bayi, kami tidak dapat check in online. Oleh sebab itu kami harus datang lebih awal menuju bandara untuk check in di counter.

Tiba di bandara, kami langsung menuju counter yang tersedia untuk check in.

”Imigrasi baru dibuka jam 07.15 ya, pak” kata petugas

Masih ada waktu luang satu jam lagi, kami pun kembali keluar untuk menghabiskan waktu luang ini bersama keluarga.

Tepat pukul 07.15, kami masuk kembali ke dalam bandara, kemudian ke pintu imigrasi yang baru saja dibuka.

Nampak antrian penumpang yang cukup panjang. Hal ini dikarenakan petugas bandara yang memeriksa dan menimbang satu per satu barang bawaan penumpang. Mereka melakukan ini dengan alasan peraturan yang dikeluarkan oleh pihak Air Asia yakni tiap penumpang hanya diperkenakan membawa barang bawaan ke kabin dengan berat maksimal 7 Kg.

Antrian penimbangan barang bawaan sebelum masuk ke proses imigrasi

 

Semua tidak ada yang terlewati, termasuk yang hanya membawa tas ransel sekalipun. Muke gile!

Kami melihat cukup banyak penumpang yang diharusan ke konter bagasi untuk membayar bagasi tercatat karena membawa barang lebih dari 7 Kg.

Tentunya hal ini membuat kami deg – degan. Jangan – jangan kami bakalan kena juga nih! Keluarin duit lagi deh!

Untungnya, kami bisa melewati proses penimbangan dengan lancar dan begitu pun proses imigrasi dilalui tanpa ada kendala.

Baru saja duduk di ruang tunggu, tiba – tiba saja para penumpang Air Asia dengan kode penerbangan AK 422 tujuan Kuala Lumpur diumumkan untuk masuk ke dalam pesawat.

Seperti biasa, penumpang berbaris pada zona masing – masing sesuai yang tertera di boarding pass. Karena kami mendapatkan nomor kursi di atas nomor urut 15, kami harus masuk ke pesawat melalui pintu belakang. Untungnya Hanny yang menggendong Fawwaz, diperkenankan tetap melalui pintu depan pesawat tanpa harus turun terlebih dahulu.

“bapak turun lewat bawah ya, kan nanti ketemu juga di dalam” kata salah seorang petugas kepada saya

Memasuki badan pesawat, saya berjumpa kembali dengan anak – anak kapal Air Asia yang lagi – lagi semuanya laki – laki. Hadeh.

Setelah duduk di kursi sesuai dengan nomor yang tertera di boarding pass, kami pun siap untuk diberangkatkan menuju Kuala Lumpur.

Pesawat pun tinggal landas mengudara di langit Aceh, dalam perjalanan kami melihat danau besar yang sepertinya adalah Danau Laut Tawar yang telah kami kunjungi seminggu yang lalu.

Baca juga : Melihat Danau Laut Tawar dari Pantan Terong

Dalam penerbangan ini, saya telah memesan in flight meals. Menu yang saya pesan ialah Bukhara Chicken Biryani dan Chicken Teriyaki With Rice. Lumayan untuk mengganjal perut sebab kami tidak sempat sarapan saat menuju bandara.

 

Chicken Teriyaki ala Santan Air Asia

Harga menu makanan yang saya pesan ini ialah Rp 35.000, sebab saya memesannya bersamaan dengan pembelian tiket, jadi harganya lebih murah daripada memesan langsung pada saat penerbangan.

Bukhara Chicken Briyani

 

Rasa ayamnya kayak nano nano, manis asam asin jadi satu

Soal rasa so – so lah ya, saya tidak terlalu berharap rasanya bakalan sedap, karena kemampuan mengecah lidah manusia yang sedang dalam penerbangan akan mengalami penurunan. Itu kata sebuah penelitian. Lengkapnya cari aja di google.

Penerbangan Banda Aceh – Kuala Lumpur memakan waktu 1 jam 30 menit, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghibur diri selain membaca 360 in flight magazine baik secara real book atau E Book.

Pukul 11.00 kami mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Kuala Lumpur LCC atau biasa disebut sebagai KLIA 2. Rasanya kami baru saja mendarat disini kemarin, dan sekarang kembali di lokasi yang sama.

Baca juga : Cerita Mudik Lebaran ke Aceh via Kuala Lumpur

Keluar dari badan pesawat, yang kami tuju pertama kali ialah toilet. Hehe..

Di samping toilet tersedia air siap minum, lumayan untuk menghilangkan dahaga. Kalau botol minumanya kosong juga boleh diisi, lumayan untuk menghemat pengeluaran air minum dalam kemasan yang harganya cukup mahal yakni mulai dari RM 2.7 untuk ukuran 600 ml.

Pure zone, air siap minum

Karena tidak membawa bagasi tercatat, kami cukup santai berjalan menuju konter imigrasi, apalagi kami menggunakan fasilitas baby stroller yang tersedia untuk mendorong Fawwaz.

Fawwaz menggunakan baby stroller yang disediakan KLIA 2

Melewati Imigrasi

Kami kembali harus melewati proses imigrasi. Kali ini antriannya begitu panjang, terlebih kedatangan kami ialah pada saat waktu sibuk. Kami mengantri sebagaimana mestinya. Tidak ada prioritas disini, meski membawa bayi sekalipun.

 

Transit di KLIA 2

Antrian imigrasi ini memakan waktu sekitar 45 menit, cukup melelahkan.

Kami bergegas menuju tempat untuk istirahat dan sampailah kami di sebuah restoran cepat saji Marrybrown yang menyediakan menu fried chicken and burger. Berhubung kami masih kenyang, kami hanya memesan sundae seharga RM 5 dan menu anak – anak seharga RM 13 (lumayan ini mah, hiks)

Jadwal penerbangan kami selanjutnya adalah pukul 15.45 Waktu Malaysia. Sedangkan kami keluar konter imigrasi pukul 12.00, artinya kami punya waktu transit yang cukup panjang.

Penerbangan Air Asia tujuan Kuala Lumpur – Penang memiliki jadwal sangat banyak yaitu 16 kali penerbangan dalam sehari!

Jadi sebenarnya ada jadwal penerbangan yang waktunya lebih dekat dari waktu kedatangan kami, namun menurut cerita dari banyak travel blogger jika melakukan penerbangan lanjutan dari KLIA 2, paling aman ialah penerbangan yang memiliki selisih waktu minimal 3 jam. Hal ini untuk mengantisipasi panjangnya antrian imigrasi yang cukup menguras waktu dan pesawat delay saat menuju KLIA 2 (duh amit – amit deh).

Atau kalau mau aman, belilah tiket Air Asia dalam satu kode booking, jadi kalau seandainya pesawat kita delay, maka pihak maskapai akan memberikan kompensasi seperti refund tiket atau mengalihkan kita dengan pesawat di jadwal lain. Minusnya cara ini ialah harga tiket yang dibeli lebih mahal daripada harga tiket eceran (kode booking terpisah)

 

Makan Siang di Quizinn KLIA 2

Fawwaz telah selesai makan, tapi orang tuanya belum. Mau makan tapi yang terjangkau cuma fried chicken aja, kan bosen!

Saya izin ke Hanny untuk mencari tempat makan yang sekiranya harganya pas dikantong dan rasanya enak (emang ada yang begitu ya?)

Setelah keliling area KLIA 2, sampailah saya di lantai Mezanine dimana ada food court bernama Quizinn. Disini banyak sekali varian menu makanannya dari menu masakan Melayu, China, Thailand, Arab dan India. Harganya pun lebih murah. Saya kembali ke Marrybrown untuk menjemput Hanny dan Fawwaz, kemudian mengajaknya ke Quizinn.

Food Court Quizinn di KLIA 2, Mezanine Floor

Setelah kelilingin Quizinn untuk memilih menu makan untuk santap siang, kami putuskan untuk makan di tenant Yong Tau Foo. Sempat ragu akan kehalalalnya, tapi kami melihat ada warga lokal yang membeli makan siang disini, dan orang itu menjamin kehalalalnya. Bismillah deh, toh tenant ini juga mencantumkan “No Pork and No Lard”

Pilihan topping yang bisa dipilih

 

Kami memesan menu Set B yang terdiri dari 3 pcs Yong Tau Foo (sejenis bakso daging) + Noodles + Kuah Tomyam + Soup, harga menu ini RM 11.9

Saya tak sempat memotret menu yang disajikan dalam wadah mangkok berukuran besar ini, karena sudah kelaparan.

Ealah dalah, ternyata Fawwaz suka dengan Yong Tau Foo-nya. Membuat kami harus memesan lagi Yong Tau Foo yang dijual RM 1.9 per buahnya.

Setelah makan siang, kami bergegas menuju pintu keberangkatan domestik KLIA 2. Disini pemeriksaan barang bawaan penumpang tidak seketat di Bandara SIM.

Jika kami perhatikan yang diperiksa kembali untuk ditimbang hanya mereka yang membawa koper, sedangkan yang membawa ransel dibiarkan begitu saja.

Setelah melalui pemeriksaan barang bawaan, kami langsung menuju boarding room. Dan ternyata belum dibuka karena jadwalnya masih satu jam lagi.

Kami yang tak bisa diam untuk menunggu, jalan – jalan lagi dan mata kami tertuju ke sebuah kedai kecil yang menjual banyak cemilan seperti roti dan cokelat. Harga rotinya murah banget, mulai dari RM 0.9, kami pun membeli beberapa roti untuk bekal saat penerbangan menuju Penang nanti, sebab di penerbangan ini saya tidak memesan makanan, karena saya menganggap waktu tempuhnya hanya sebentar yakni 1 jam saja.

 

Penerbangan Kuala Lumpur – Penang

Sebenarnya dari Kuala Lumpur menuju Penang bisa dengan cara naik bus. Pertama dari Bandara KLIA 2, kita naik bus menuju KL Sentral. Dari KL Sentral dilanjutkan dengan naik bus ke Penang dengan ongkos mulai dari RM 50. Cara ini banyak dipilih oleh wisatawan karena lebih hemat.

Saya juga telah memikirkan cara ini, namun berhubung membawa Fawwaz yang baru berusia 16 bulan, saya tidak bisa mengambil cara ini sebab akan memakan waktu yang lama dan tenaga yang lebih terkuras.

Pun harga tiket Air Asia Kuala Lumpur – Penang sangat murah yaitu mulai dari Rp 150 ribuan per orangnya. Jadi terbang menuju Penang dari Kuala Lumpur adalah pilihan terbaik buat kami.

Dari balik pengeras suara terdengar informasi bahwa para penumpang Air Asia dengan kode penerbangan AK 6116 tujuan Penang diperkenankan untuk masuk ke ruang tunggu. Disini Fawwaz sempat bermain dengan anak yang dari wajahnya sepertinya berasal dari Jazirah Arab.

bird.. bird.. bird kata Fawwaz

Tak lama kemudian, para penumpang diperkenankan untuk masuk ke dalam pesawat. Dan lagi – lagi kami berbaris sesuai dengan zona masing – masing.

Meski cuaca agak mendung kala itu, penerbangan Kuala Lumpur – Penang berjalan dengan lancar. Kami pun tiba di Bandara Internasional Penang Bayan Lepas. Bagi Hanny, ini ialah yang kedua kalinya ia menjejakan kaki disini.

Hal pertama yang kami lakukan setibanya di Penang ialah membeli kartu selular Malaysia. Untuk paket data sebesar 1.8 GB yang berlaku selama 1 minggu, dikenakan harga RM 25. It’s oke lah, daripada ga ada sinyal selama di Penang.

Membeli kartu selular Malaysia biar tetap online

Menuju Georgetown

Keluar dari bandara, kami langsung menuju halte, tempat dimana bus Rapid Penang menaikan dan menurunkan penumpangnya.

Tujuan kami selanjutnya ialah Georgetown. Dari Bandara Internasional Penang, kita bisa naik Rapid Penang dengan nomor 101 atau 102.

Dan kebetulan ada bus 101 yang sedang berhenti, tapi biar tambah yakin saya tanya ke Pak Cik Sopir

“ke Komtar kah?” tanya saya

“iya” jawab si sopir

Saya pun langsung segera membawa barang bawaan untuk dibawa masuk ke dalam bus, dan tiba – tiba saja bus tersebut berangkat meninggalkan kami.

“koooaak… koaaak.. koaaaak..” bunyi suara burung gagak yang banyak bertebaran di sekitar bandara, bunyinya seperti menertawakan kami.

Kami harus menunggu bus selanjutnya cukup lama. Setelah satu jam, barulah datang bus 102. Bus yang semula kosong langsung terisi penuh oleh orang yang juga menuju Georgetown.

Rapid Penang Bus

Tarif Bus Rapid Penang dari Bandara Internasional Penang ke Komtar ialah RM 2.7

Tiap penumpang diwajibkan menyediakan uang pas, karena sopir tidak menyediakan uang kembalian. Pada saat naik, sopir akan bertanya tujuan kita, lalu memberi tahu tarif yang harus dibayar. Dan penumpang cukup memasukan uang ke dalam kotak yang berada di samping sopir. Ingat ya! Harus uang pas! Di penggunaan Rapid Penang yang pertama kali ini, seharusnya hanya membayar RM 5.4, tapi karena gag punya uang sen, saya memasukan RM 6 dan saya kehilangan 60 sen. Kalau sesekali gag masalah, tapi kalau berulang kali kan lumayan.

Setelah memasukan uang, sopir akan memberikan karcis yang harus dijaga dengan baik, karena sewaktu – waktu ada pemeriksaan.

Ternyata jalur yang dilalui Bus Rapid Penang ini kalau kata orang Minang, Bakelok – kelok alias muter – muter kesana kemari, belum lagi sore itu lalu lintasnya macet. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Georgetown cukup lama yakni 1,5 jam.

Jadi kalau kamu punya banyak uang dan ingin cepat sampai ke Georgetown, baiknya pesan Grab Car saja, dari Bandara PIA ongkosnya mulai dari RM 20, tapi kalau sedang peak hour bisa sampai RM 35.

Seharusnya kami turun di Komtar, tapi karena kelewatan jadinya kami turun di seberang terminal Jetty yang merupakan tujuan akhir dari bus ini.

Dari tempat kami turun ini, hotel kami yang berada di Jalan Lebuh Chulia hanya berjarak 1 kilometer. Namun karena sudah sangat lelah, kami memesan Grab Car dengan ongkos RM 5, tapi kami bayarnya pakai Grab Reward, jadinya gratis deh.

Akhirnya kami tiba di Hotel Grand Swiss, “rumah” kami untuk 5 hari ke depan. Dari tampilannya sepertinya hotelnya masih baru. Reviewnya akan saya bahas dalam tulisan lain.

Pada saat check in, saya diharuskan membayar pajak turis sebesar RM 10 per malam, jadi total yang harus saya bayar RM 40, ini adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Malaysia sejak tahun 2017 yang ditujukan kepada wisatawan asing yang menginap di hotel. Karena lagi di negara orang, tentunya saya harus tunduk dan patuh dong.

Setelah mendapatkan kamar, kami langsung terkapar di atas Kasur yang cukup empuk ini. Ah, akhirnya bisa rebahan setelah perjalanan yang begitu panjang.

Bersambung.

 

 

Leave a Reply